Thursday, June 7, 2007

Catatan Semu Untuk Sebuah Makna Kebanggaan

Apakah kebanggaan dapat dibanggakan. Berbentuk apa dan berasa apa. Aku, kami, kita, kalian dan mereka tak akan pernah paham. Karena kebanggaan itu semu. Jadi tak mungkin ada kebanggaan semu. Karena tak ada dualisme yang abstrak. Kalaupun ada, itu mesti banal.

Sekedar memindai untuk lebih literal. Menurut KUBI (1985), kebanggaan tersusun dari kata dasar ‘bangga’ yang bermakna besar hati;merasa gagah karena memiliki keunggulan. Sedangkan jika cita rasa humanisme terkontaminasi oleh unsur kebanggaan, dapat disangsikan bahwa era kemanusiawian telah lewat. Rasa bangga muncul bila hasrat untuk diakui keunggulan individu meluap drastis. Keutamaan akan kadar intelektualitas, materi, atau eksistensi takkan mempan di hadapan Dzat Tuhan. Tentunya bagi mereka yang bertuhan.

Warna kebanggaan sangat pekat, sehingga muncul anggapan bahwa kita dapat berlindung pada rasa bangga yang dimiliki. Semacam kerancuan bahkan mendekati kebebalan makna. Mungkin kita merasa bangga karena orang terdiam atau bahkan acuh padanya. Atau mungkin juga, orang yang menuduh kebanggaanlah yang justru melindungi wajah kecemburuan. Ini mungkin sekedar kompetensi eksistensi yang konyol.

Jika semua semu. Rasa bangga. Hal yang dibanggakan. Atau rasa semu itu sendiri. Ada baiknya urungkan saja tikaman-tikaman itu. Atau diam. Lebih baik jika bubar.

Jogjakarta, Mei 2007

No comments: